Yap..kita lanjut di masa kecilku part 3. Di part ini tentang kehidupanku di Tegal.
Masa Sekolah
Aku datang di kota ini tahun 1992, saat masuk SD kelas 1. Aku masuk sekolah agak terlambat beberapa hari karena baru pindah dari Bandung. Masuk SD merupakan hal baru bagiku dan butuh penyesuaian dengan teman-teman baru. Aku masuk di SD Pius 3 Tegal di kelas 1C. Aku masih ingat nama guruku kelas 1 dan 2 adalah Bu Maryati. aku termasuk pendiam di dalam kelas tetapi untungnya teman-temanku ga nakal jadi aku merasa betah berada di kelas. tetapi setelah beberapa lama aku memiliki teman satu kelas dan mendapat teman sebangku cewek, aku mulai sering cerita di dalam kelas. Sampai pada akhirnya saat terima raport guruku bilang ke mama kalo aku sering cerita sama teman sebangku, ditegur deh hehehe...
Kelas 1-3 aku lalui tanpa banyak kendala dan tidak terlalu banyak kesan karena masih fokus ke pelajaran yang mulai bertambah banyak. Di kelas 3 ini aku mulai dijodoh-jodohkan oleh teman sekelas dengan Altes, teman sekelasku juga. Yang aku ingat dia selalu menggunakan tas koper kecil untuk tempat buku-buku yang saat itu memang masih biasa dipakai di tahun2 itu. Di kelas 4 aku sudah mulai aktif terlibat sebagai pengurus kelas. Saat itu aku diberi tugas jadi wakil ketua, wah senang juga saat itu bisa jadi pengurus kelas. Tugas mengawasi piket saat datang dan pulang sekolah jadi bagian tugasku. Terkadang juga kebagian tugas menulis catatan di papan tulis. Aku sangat dekat dengan wali kelasku saat itu Pak Puji. Entah kenapa aku bisa dekat dengan pak puji padahal bapak ini terkenal galaknya, beliau memiliki kumis tebal. Pak Puji ini merupakan saudara dari ketua lingkunganku saat itu, dan aku dekat dengan keluarga ketua lingkunganku sampai aku memanggil budhe-pakdhe. Dan anaknya yang setahun lebih tua dariku memang satu sekolah denganku yang biasa aku panggil Mbak Uli. Saat ada kegiatan di rumah ketua lingkungan aku selalu ikut dengan mama walaupun disana aku ikut nonton televisi sama mbak uli.
Aku juga rajin datang pramuka di sekolah. Di kelas 4 ini aku berkawan akrab dengan Monica Anggraini yang biasa aku panggil dengan sebutan montok hehehe... Karena badanya memang bongsor dan kependekan dari monika tok. Saat itu istri pak puji melahirkan di rumah sakit yang tak jauh dari sekolahku hanya aku dan monika yang diajak ikut lihat bayi pak puji. Jarang-jarang khan diajak guru besuk di rumah sakit.
Di kelas 4 ini sering lho terjadi perang antar kelas 4 saat pelajaran olahraga. Biasanya kami bertanding kasti antar kelas, nah yang kalah pasti bermusuhan dan bilang kalo yang menang itu curang. hehehe... biasa ga terima kalo kalah.
Di kelas 4 ini aku mulai mempersiapkan diri untuk menerima sakramen komuni pertama. Waktu itu aku diajar oleh suster Winanda, suster yang sangat baik dan sayang pada kami murid-muridnya. Saat itu pelajaran komuni diadakan sore hari dan ada juga anak sekolah negeri yang ikut pelajaran. menjelang penerimaan komuni di gereja aku diberi tugas oleh suster kepala untuk membaca kitab suci bacaan pertama. Wah rasanya bangga sekali saat itu bisa bertugas di gereja. Selain aku ada seorang anak laki-laki yang bertugas membaca bacaan kedua, jadi kami berdua selalu dipanggil berlatih bersama-sama. Dia anak kelas 4A namanya Feri. Untuk anak ukuran kelas 4 SD dia termasuk cakep dengan memakai kaca mata. Saat itu rasanya senang juga bisa bersama-sama dia.hehehe...
Kami murid kelas 4 yang katolik juga sudah mulai bisa ikut dalam kelompok koor sekolah, yang merupakan gabungan dari kelas 4-6. Kadang kami latihan di saat jam pelajaran jadi bisa meninggalkan kelas. Dan saat itu memang yang aku dan teman-teman yang ikut koor tunggu-tunggu bisa keluar kelas.hehehe... Kami selesai latihan setelah bel pulang sekolah. Oya yang mengajari kami adalah Suster Claudia, badannya mungil tapi suaranya sangat bagus dan keras.
Kelas 5 adalah kelas neraka bagiku dan bagi teman-temanku saat itu. Bayangkan kami sekelas sering sekali dihukum sekojam bisa sampai 20 kali bahkan lebih. Bisa dibayangkan saat itu kami sekelas disuruh berdiri di samping kursi masing-masing dan guru mulai menghukum sekojam. Dihukum dijemur diluar kelas sampai dilihat oleh kelas lain pun pernah kami alami. Ada juga temanku bernama Agus dihukum lari keliling lapangan di siang hari. Kami dihukum karena kelas kami ramai saat tidak ada guru. Aku masih ingat nama wali kelasku dulu Pak Didi, guru muda sih tapi kejamnya minta ampun. Pernah lho sampai ada orang tua murid protes ke wali kelasku karena anak-anak dihukum seperti itu terus. Kami yang tak terbiasa dihukum sekojam bisa merasakan pegelnya paha dan kaki setelah selesai hukuman, bahkan pernah ada temanku sampai tidak bisa berdiri setelah dihukum karena banyaknya sekojam yang harus dilakukan.
Di kelas 5 ini aku masih dipercaya jadi wakil ketua kelas. Tugasku memeriksa buku agenda teman-teman sekelas setiap pagi bergantian dengan wakil ketua kelas yang satunya lagi. Kalo ada yang tidak ditandatangani orang tua atau tidak diisi maka buku agenda di serahkan ke wali kelas dan pasti dihukum. Saat itu aku juga mulai dipercaya untuk bertugas saat kegiatan pramuka seperti jadi petugas pembaca janji pramuka, tugas mengibarkan bendera dengan monika partnerku. Jadi ketua regu pramuka juga pernah aku lakukan. Saat menjelang kenaikan ke kelas 6 diadakan tes untuk masuk kelas unggulan. Aku diberi kesempatan ikut tes karena yang diperbolehkan ikut tes rangking 1-10 di kelas. Sayang, saat itu aku tidak berhasil masuk di kelas unggulan dan tetap akan naik ke kelas 6C.
Di kelas 6 kami ketambahan teman-teman pindahan dari kelas lain karena ada program kelas unggulan. Di kelas 6 aku punya 3 teman dekat yaitu Aina, Yunita dan Dian. Entah bagaimana kami jadi dekat dan kemana-mana selalu bersama. Ketiga temanku ini unik2 misalnya Aina yang sangat tinggi badannya untuk ukuran anak SD tetapi dia orangnya lucu dan pipinya yang chuby sering aku cubitin. Kalo udara panas pipinya pasti jadi merah seperti tomat. Lalu Yunita si krempeng dengan bentuk hidung yang lucu. Badannya amat kurus tapi dia tinggi. Si Dian badannya sedang2 saja untuk ukuran anak kelas 6 SD dan yang aku ingat tentangnya adalah ketika dia dijodoh2in sama Alfa temen sekelasku juga. Wali kelasku saat itu adalah Pak Muryanto dan guru agamaku Suster Tarsisia. Suster ini adalah suster kepala tapi aku sudah kenal dekat dengannya sebelum aku kelas 6. Suster ini memiliki suara yang menggelegar sehingga tak mungkin kami murid2ya akan ketiduran di kelas.
Di kelas 6 ini aku banyak mengikuti kegiatan sekolah. Aku sempat dikirim mengikuti lomba antar SD se kecamatan berempat dengan teman kelas lain untuk mata pelajaran bahasa indonesia. Aku bisa masuk sampai babak kedua tapi setelah itu gugur. Aku juga ikut dalam kelompok gerak jalan kelas dalam rangka ulang tahun tegal. Kami berlatih secara serius saat pelajaran olah raga. Saat perlombaan dilaksanakan tak terbayangkan jauhnya jarak yang harus kami tempuh dan harus tetap menjaga kekompakan kelompok. Kami berhasil sampai finish tapi tidak masuk dalam urutan yang tercepat. Aku juga pernah ikut lomba porseni SD. Saat itu aku bersama temanku Sisil ikut lomba lari. Dia memang jago lari. Aku ga terlalu menyukai olah raga lari tapi karena ditunjuk guru jadinya ikut deh. Saat ada kemah di sekolah aku kebagian tugas menjadi pengibar bendera selalu dengan Monika karena kami sudah terbiasa bertugas.
Banyaknya kegiatan yang kuikuti aku tidak melupakan pelajaran sekolah. Aku bisa meraih juara 1 di kelas untuk cawu 1. Tetapi di cawu berikutnya aku hanya mendapat rangking 3. Hal ini yang mendorongku untuk belajar dengan lebih keras lagi dalam Ujian. Aku bertekad untuk mengalahkan temanku yang juara 1 saat ujian (dulu EBTANAS). Dan ternyata dengan tekadku itu aku bisa mengalahkan temanku dan meraih nilai yang tinggi.
Sekitar Tempat Tinggalku
Aku tinggal di perumahan yang terdiri dari 1 gang saja namanya gang Abdi Negara. Letaknya di pinggir jalan Kol. Sugiono yang merupakan jalan utama dari Brebes -Semarang. Jalan itu memang dilalui oleh truk2 gandeng. perumahanku masih dikelilingi oleh sawah, saat tidak musim tanam padi, petani menanam bawang merah. Saat panen tiba, kami biasa diberi bawang merah oleh pak tani, terkadang aku juga minta ikan dari sawah ke pak tani. Rumahku terletak di pojok gang dan hanya dipisahkan tembok dan kawat berduri dengan sawah. jadi kalo minta ikan tinggal bilang ke pak tani saat pak tani menyiram tanaman. Aku senang menikmati sore hari di atap genteng sambil melihat matahari melihat sawah yang hijau sangat menyenangkan. Dari rumahku juga dapat melihat perumahan lain yang agak berjauhan karena terpisahkan oleh sawah. Namanya jalan Nanas perumahan itu. Di dekat perumahan itu juga ada sebuah SMP Negeri, biasanya murid2 sekolah lewat jalan tengah sawah yang bisa aku lihat dari ata rumah. Di seberang jalan itu ada tempat pemakaman, dan kami anak2 perumahan sering membayangkan kalo disitu ada setannya.
Aku biasa bermain dengan tetangga2. Sebelah rumahku menjadi teman terdekatku yaitu Nida. kami terpaut 1 tahun,aku lebih tua. Dia sering bermain di rumahku. Kadang aku juga main sama mas feri dan mas Dona, Tiwi dll. Semua anak2 di kompleks aku kenal dan umur kami tidak terlampau jauh. Kami anak2 kompleks setiap hari minggu naik sepeda keliling melewati jalan dekat sawah sampai di jalan nanas, terkadang kami bermain di badan meteorologi yang merupakan tetangga dekat kami. Kami biasa bermain di pohon kersen atau mengitari halaman meteorologi yang luas dengan sepeda. Aku tetap menjalani hobi bulu tangkisku dengan teman2 kompleks. Biasanya kami bermain di jalan dan netnya adalah tali rafia. yang aku masih ingat setelah kami tes atau ujian kami selalu bermain sepuas2nya di malam hari. Permainan gobak sodor, petak umpet bahkan bulu tangkis pun kami mainkan di malam hari. Petak umpet masuk di rumah tetangga sudah biasa bagi kami. Hal inilah yang kami tunggu2 saat musim libur tiba.
Oya dulu ada tetanggaku yang memiliki usaha catering namanya budhe Topo, nah saat budhe dapat pesanan biasanya aku membantu di rumahnya walaupun hanya mengecap stampel nama di tisu. Atau melihat budhe saat memasak sering aku lakukan.
Di Tegal aku bisa merasakan suasana kekeluargaan yang sangat erat diantara tetangga. Sungguh menyenangkan, saat yang muslim merayakan idul fitri kami sekeluarga datang ke rumah tetangga dan aku suka mencicipi kue2 hehehe... Sebaliknya saat aku merayakan Natal tetangga yang lain ganti berkunjung ke rumahku. Suatu hal yang menggambarkan adanya toleransi dan kerukunan antar umat bergama.
Beberapa bulan sebelum EBTANAS papaku dipindah tugas ke Semarang. Berarti setelah ujian aku harus pindah ke Semarang dan bersekolah disana. Banyak sekali kenangan di kota tegal selama 6 tahun. Dan kehidupanku berlanjut di Semarang ..........
Masa Sekolah
Aku datang di kota ini tahun 1992, saat masuk SD kelas 1. Aku masuk sekolah agak terlambat beberapa hari karena baru pindah dari Bandung. Masuk SD merupakan hal baru bagiku dan butuh penyesuaian dengan teman-teman baru. Aku masuk di SD Pius 3 Tegal di kelas 1C. Aku masih ingat nama guruku kelas 1 dan 2 adalah Bu Maryati. aku termasuk pendiam di dalam kelas tetapi untungnya teman-temanku ga nakal jadi aku merasa betah berada di kelas. tetapi setelah beberapa lama aku memiliki teman satu kelas dan mendapat teman sebangku cewek, aku mulai sering cerita di dalam kelas. Sampai pada akhirnya saat terima raport guruku bilang ke mama kalo aku sering cerita sama teman sebangku, ditegur deh hehehe...
Kelas 1-3 aku lalui tanpa banyak kendala dan tidak terlalu banyak kesan karena masih fokus ke pelajaran yang mulai bertambah banyak. Di kelas 3 ini aku mulai dijodoh-jodohkan oleh teman sekelas dengan Altes, teman sekelasku juga. Yang aku ingat dia selalu menggunakan tas koper kecil untuk tempat buku-buku yang saat itu memang masih biasa dipakai di tahun2 itu. Di kelas 4 aku sudah mulai aktif terlibat sebagai pengurus kelas. Saat itu aku diberi tugas jadi wakil ketua, wah senang juga saat itu bisa jadi pengurus kelas. Tugas mengawasi piket saat datang dan pulang sekolah jadi bagian tugasku. Terkadang juga kebagian tugas menulis catatan di papan tulis. Aku sangat dekat dengan wali kelasku saat itu Pak Puji. Entah kenapa aku bisa dekat dengan pak puji padahal bapak ini terkenal galaknya, beliau memiliki kumis tebal. Pak Puji ini merupakan saudara dari ketua lingkunganku saat itu, dan aku dekat dengan keluarga ketua lingkunganku sampai aku memanggil budhe-pakdhe. Dan anaknya yang setahun lebih tua dariku memang satu sekolah denganku yang biasa aku panggil Mbak Uli. Saat ada kegiatan di rumah ketua lingkungan aku selalu ikut dengan mama walaupun disana aku ikut nonton televisi sama mbak uli.
Aku juga rajin datang pramuka di sekolah. Di kelas 4 ini aku berkawan akrab dengan Monica Anggraini yang biasa aku panggil dengan sebutan montok hehehe... Karena badanya memang bongsor dan kependekan dari monika tok. Saat itu istri pak puji melahirkan di rumah sakit yang tak jauh dari sekolahku hanya aku dan monika yang diajak ikut lihat bayi pak puji. Jarang-jarang khan diajak guru besuk di rumah sakit.
Di kelas 4 ini sering lho terjadi perang antar kelas 4 saat pelajaran olahraga. Biasanya kami bertanding kasti antar kelas, nah yang kalah pasti bermusuhan dan bilang kalo yang menang itu curang. hehehe... biasa ga terima kalo kalah.
Di kelas 4 ini aku mulai mempersiapkan diri untuk menerima sakramen komuni pertama. Waktu itu aku diajar oleh suster Winanda, suster yang sangat baik dan sayang pada kami murid-muridnya. Saat itu pelajaran komuni diadakan sore hari dan ada juga anak sekolah negeri yang ikut pelajaran. menjelang penerimaan komuni di gereja aku diberi tugas oleh suster kepala untuk membaca kitab suci bacaan pertama. Wah rasanya bangga sekali saat itu bisa bertugas di gereja. Selain aku ada seorang anak laki-laki yang bertugas membaca bacaan kedua, jadi kami berdua selalu dipanggil berlatih bersama-sama. Dia anak kelas 4A namanya Feri. Untuk anak ukuran kelas 4 SD dia termasuk cakep dengan memakai kaca mata. Saat itu rasanya senang juga bisa bersama-sama dia.hehehe...
Kami murid kelas 4 yang katolik juga sudah mulai bisa ikut dalam kelompok koor sekolah, yang merupakan gabungan dari kelas 4-6. Kadang kami latihan di saat jam pelajaran jadi bisa meninggalkan kelas. Dan saat itu memang yang aku dan teman-teman yang ikut koor tunggu-tunggu bisa keluar kelas.hehehe... Kami selesai latihan setelah bel pulang sekolah. Oya yang mengajari kami adalah Suster Claudia, badannya mungil tapi suaranya sangat bagus dan keras.
Kelas 5 adalah kelas neraka bagiku dan bagi teman-temanku saat itu. Bayangkan kami sekelas sering sekali dihukum sekojam bisa sampai 20 kali bahkan lebih. Bisa dibayangkan saat itu kami sekelas disuruh berdiri di samping kursi masing-masing dan guru mulai menghukum sekojam. Dihukum dijemur diluar kelas sampai dilihat oleh kelas lain pun pernah kami alami. Ada juga temanku bernama Agus dihukum lari keliling lapangan di siang hari. Kami dihukum karena kelas kami ramai saat tidak ada guru. Aku masih ingat nama wali kelasku dulu Pak Didi, guru muda sih tapi kejamnya minta ampun. Pernah lho sampai ada orang tua murid protes ke wali kelasku karena anak-anak dihukum seperti itu terus. Kami yang tak terbiasa dihukum sekojam bisa merasakan pegelnya paha dan kaki setelah selesai hukuman, bahkan pernah ada temanku sampai tidak bisa berdiri setelah dihukum karena banyaknya sekojam yang harus dilakukan.
Di kelas 5 ini aku masih dipercaya jadi wakil ketua kelas. Tugasku memeriksa buku agenda teman-teman sekelas setiap pagi bergantian dengan wakil ketua kelas yang satunya lagi. Kalo ada yang tidak ditandatangani orang tua atau tidak diisi maka buku agenda di serahkan ke wali kelas dan pasti dihukum. Saat itu aku juga mulai dipercaya untuk bertugas saat kegiatan pramuka seperti jadi petugas pembaca janji pramuka, tugas mengibarkan bendera dengan monika partnerku. Jadi ketua regu pramuka juga pernah aku lakukan. Saat menjelang kenaikan ke kelas 6 diadakan tes untuk masuk kelas unggulan. Aku diberi kesempatan ikut tes karena yang diperbolehkan ikut tes rangking 1-10 di kelas. Sayang, saat itu aku tidak berhasil masuk di kelas unggulan dan tetap akan naik ke kelas 6C.
Di kelas 6 kami ketambahan teman-teman pindahan dari kelas lain karena ada program kelas unggulan. Di kelas 6 aku punya 3 teman dekat yaitu Aina, Yunita dan Dian. Entah bagaimana kami jadi dekat dan kemana-mana selalu bersama. Ketiga temanku ini unik2 misalnya Aina yang sangat tinggi badannya untuk ukuran anak SD tetapi dia orangnya lucu dan pipinya yang chuby sering aku cubitin. Kalo udara panas pipinya pasti jadi merah seperti tomat. Lalu Yunita si krempeng dengan bentuk hidung yang lucu. Badannya amat kurus tapi dia tinggi. Si Dian badannya sedang2 saja untuk ukuran anak kelas 6 SD dan yang aku ingat tentangnya adalah ketika dia dijodoh2in sama Alfa temen sekelasku juga. Wali kelasku saat itu adalah Pak Muryanto dan guru agamaku Suster Tarsisia. Suster ini adalah suster kepala tapi aku sudah kenal dekat dengannya sebelum aku kelas 6. Suster ini memiliki suara yang menggelegar sehingga tak mungkin kami murid2ya akan ketiduran di kelas.
Di kelas 6 ini aku banyak mengikuti kegiatan sekolah. Aku sempat dikirim mengikuti lomba antar SD se kecamatan berempat dengan teman kelas lain untuk mata pelajaran bahasa indonesia. Aku bisa masuk sampai babak kedua tapi setelah itu gugur. Aku juga ikut dalam kelompok gerak jalan kelas dalam rangka ulang tahun tegal. Kami berlatih secara serius saat pelajaran olah raga. Saat perlombaan dilaksanakan tak terbayangkan jauhnya jarak yang harus kami tempuh dan harus tetap menjaga kekompakan kelompok. Kami berhasil sampai finish tapi tidak masuk dalam urutan yang tercepat. Aku juga pernah ikut lomba porseni SD. Saat itu aku bersama temanku Sisil ikut lomba lari. Dia memang jago lari. Aku ga terlalu menyukai olah raga lari tapi karena ditunjuk guru jadinya ikut deh. Saat ada kemah di sekolah aku kebagian tugas menjadi pengibar bendera selalu dengan Monika karena kami sudah terbiasa bertugas.
Banyaknya kegiatan yang kuikuti aku tidak melupakan pelajaran sekolah. Aku bisa meraih juara 1 di kelas untuk cawu 1. Tetapi di cawu berikutnya aku hanya mendapat rangking 3. Hal ini yang mendorongku untuk belajar dengan lebih keras lagi dalam Ujian. Aku bertekad untuk mengalahkan temanku yang juara 1 saat ujian (dulu EBTANAS). Dan ternyata dengan tekadku itu aku bisa mengalahkan temanku dan meraih nilai yang tinggi.
Sekitar Tempat Tinggalku
Aku tinggal di perumahan yang terdiri dari 1 gang saja namanya gang Abdi Negara. Letaknya di pinggir jalan Kol. Sugiono yang merupakan jalan utama dari Brebes -Semarang. Jalan itu memang dilalui oleh truk2 gandeng. perumahanku masih dikelilingi oleh sawah, saat tidak musim tanam padi, petani menanam bawang merah. Saat panen tiba, kami biasa diberi bawang merah oleh pak tani, terkadang aku juga minta ikan dari sawah ke pak tani. Rumahku terletak di pojok gang dan hanya dipisahkan tembok dan kawat berduri dengan sawah. jadi kalo minta ikan tinggal bilang ke pak tani saat pak tani menyiram tanaman. Aku senang menikmati sore hari di atap genteng sambil melihat matahari melihat sawah yang hijau sangat menyenangkan. Dari rumahku juga dapat melihat perumahan lain yang agak berjauhan karena terpisahkan oleh sawah. Namanya jalan Nanas perumahan itu. Di dekat perumahan itu juga ada sebuah SMP Negeri, biasanya murid2 sekolah lewat jalan tengah sawah yang bisa aku lihat dari ata rumah. Di seberang jalan itu ada tempat pemakaman, dan kami anak2 perumahan sering membayangkan kalo disitu ada setannya.
Aku biasa bermain dengan tetangga2. Sebelah rumahku menjadi teman terdekatku yaitu Nida. kami terpaut 1 tahun,aku lebih tua. Dia sering bermain di rumahku. Kadang aku juga main sama mas feri dan mas Dona, Tiwi dll. Semua anak2 di kompleks aku kenal dan umur kami tidak terlampau jauh. Kami anak2 kompleks setiap hari minggu naik sepeda keliling melewati jalan dekat sawah sampai di jalan nanas, terkadang kami bermain di badan meteorologi yang merupakan tetangga dekat kami. Kami biasa bermain di pohon kersen atau mengitari halaman meteorologi yang luas dengan sepeda. Aku tetap menjalani hobi bulu tangkisku dengan teman2 kompleks. Biasanya kami bermain di jalan dan netnya adalah tali rafia. yang aku masih ingat setelah kami tes atau ujian kami selalu bermain sepuas2nya di malam hari. Permainan gobak sodor, petak umpet bahkan bulu tangkis pun kami mainkan di malam hari. Petak umpet masuk di rumah tetangga sudah biasa bagi kami. Hal inilah yang kami tunggu2 saat musim libur tiba.
Oya dulu ada tetanggaku yang memiliki usaha catering namanya budhe Topo, nah saat budhe dapat pesanan biasanya aku membantu di rumahnya walaupun hanya mengecap stampel nama di tisu. Atau melihat budhe saat memasak sering aku lakukan.
Di Tegal aku bisa merasakan suasana kekeluargaan yang sangat erat diantara tetangga. Sungguh menyenangkan, saat yang muslim merayakan idul fitri kami sekeluarga datang ke rumah tetangga dan aku suka mencicipi kue2 hehehe... Sebaliknya saat aku merayakan Natal tetangga yang lain ganti berkunjung ke rumahku. Suatu hal yang menggambarkan adanya toleransi dan kerukunan antar umat bergama.
Beberapa bulan sebelum EBTANAS papaku dipindah tugas ke Semarang. Berarti setelah ujian aku harus pindah ke Semarang dan bersekolah disana. Banyak sekali kenangan di kota tegal selama 6 tahun. Dan kehidupanku berlanjut di Semarang ..........